Validitas Logis dan Empiris

VALIDITAS LOGIS DAN EMPIRIS
                                                    
PENDAHULUAN 
Dalam menjalankan evaluasi diperlukan alat evaluasi. Alat evaluasi tersebut harus sahih. Dalam artian mampu mengukur dan tepat untuk mengukur apa yang harus diukur. Kesahihan tersebut merupakan validitasnya. Maka perlu dipilih alat evaluasi yang memenuhi criteria validitas.
 Tetapi alat evaluasi yang telah terpenuhi validitasnya itu tidak berlaku universal, sebab bergantung pada situasi tujuan penilaian. Alat penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.[1] Perlu diketahui bahwa validitas tes itu ada beberapa jenis. Yaitu validitas isi, validitas bangun pengertian, validitas ramalan, dan validitas “ada sekarang”.
Beberapa tokoh megkategorikan validitas alat evaluasi ke dalam kategori yang berbeda-beda dengan istilah yang berbeda-beda pula. Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. mengkategorikan validitas ke dalam validitas internal dan validitas eksternal, dimana validitas internal termasuk didalamnya validitas isi (content validity) mencakup validitas tampang dan validitas logis (sampling validity), Validitas konstruk, dan validitas eksternal termasuk di dalamnya validitas kesejajaran (concurrent validity) dan validitas prediksi (predictive validity).[2]
Perbedaan antara jenis-jenis validitas tersebut perlu diurai dan dijelaskan. Ada yang menyebut validitas sebatas pada validitas logis dan validitas empiris saja.  Untuk mendapatkan gambaran tentang pembagian dan jenis-jenis validitas alat tes tersebut, berikut paparan makalah yang mengulas tentang hal-hal tersebut. Semoga mengena dan membantu para pembaca untuk mengerti dan memahami validitas alat evaluasi/tes.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Validitas

Suatu alat evaluasi dikatakan valid (sahih) jika alat evaluasi tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Bahasa sederhananya "alat evalusi atau instrumen-instrumen yang digunakan, bertujuan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. " Alat evaluasi yang memiliki kondisi ini disebut memiliki validitas.
Selain pengertian di atas, validitas juga didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.. Ilustrasi definisi tersebut dalam contah berikut; Jika kita ingin mengetahui berat sebuah cincin emas, maka kita harus menggunakan timbangan emas agar hasil ukur itu dapat dikatakan valid. Karena itu sebuah timbangan kedelai tidak valid guna mengukur berat emas[3].
 Validitas Sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical Validity), dan yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity).[4] Ada yang membedakan validitas menjadi validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal ( external validity).[5]

B. Jenis-jenis Validitas

1.         Validitas Logis.
Validitas logis ada yang mengistilahkan dengan validitas rasional, validitas ideal, atau validitas das sollen.[6] Juga validitas teoritik.. Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Valid dipandang terpenuhi karena instrument yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebuah contoh, pelaksanaan tugas membuat karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu karanganya sudah baik.
Validitas Logis ada dua macam, yaitu: (1) Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variable yang hendak diukur. Misalnya tes hasil belajar bidang studi IPS harus bisa mengungkap isi bidang studi tersebut. (2) Validitas konstrak atau bangun pengertian berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukur. Pengertian-pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sikap dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukur, karena masih abstrak, maka memerlukan penjabaran yang lebih spesifik dalah bentuk indikator-indikator.  Contoh: Konsep mengenai “hubungan social”, dilihat dari pengalaman, indicator empirisnya adalah :
- bisa bergaul dengan orang lain,- disenangi atau banyak temannya,- menerima pendapat orang lain,- tidak memaksa pendapatnya, - bias bekerjasama dengan siapa pun, - dan lain-lain.
Apabila hasil tes tidak menunjukkan indicator-indikator yang tidak berhubungan, berarti ukuran tersebut tidak memiliki validitas konstrak/bangun pengertian.[7]

2.   Validitas Empiris.
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. contoh, seorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Validitas empiris tidak dapat diperoleh henya dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.[8]
Validitas Empiris mempunyai dua macam juga, yaitu : (1) Validitas “ada Sekarang”  juga dikenal validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas ini jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman yang telah lampau yang sudah ada sekarang (ada sekarang, concurrent). Misalnya ingin mengetahui validitas te s sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Bias dibandingkan dengan nilai summative yang lalu.[9]
(2) Validitas ramalan (predictive validity), memprediksi artinya meramal sesuatu yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Suatu tes dikatakan memiliki predictive validity tinggi jika hasil korelasi tes itu dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang meramalkan keberhasilan dalam kuliah di masa datang. Sebagai alat pembanding Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I disbanding dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.[10]


KESIMPULAN

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Validitas adalah kemampuan alat evalusi atau instrumen-instrumen yang digunakan bertujuan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Validitas tes berdasarkan hasil pemikiran dan pengalaman dibagi dalam dua jenis, yaitu : validitas logis (logical validity) dan validitas empiris (empirical validity).

Validitas logis juga mempunyai dua jenis, yaitu :  validitas isi (content validity) dan validitas konstrak (construct validity). Validitas empiris juga mempunyai dua jenis juga, yaitu validitas “ada sekarang” (concurrent validity) dan validitas ramalan (predictive validity).

Demikian bahasan makalah ini semoga mengena dan bermanfaat. Penulis telah berusaha menyusun makalah ini dengan merujuk kepada sumber-sumber yang berkaitan untuk mendapatkan paparan yang berisi dan sesuai representative dengan judul, tetapi apabila para pembaca semua mendapati kekurangan, maka kami berharap kritik dan saran perbaikan untuk kesempurnaan. Akhirnya kami ucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta,  PT. Bumi Aksara, 2000.

Purwanto, Ngalim, M., Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Rasyid, Harun., Mansur, Penilaian Hasil Belajar, Bandung, CV Wacana Prima, 2008.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar, Bandug, PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Sudiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Press, 2009.

Widoyoko, Eko Putro, S.,  Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, 2010.





Postingan terkait: